Home » » Prosedur Pengukuran Metode Barometer

Prosedur Pengukuran Metode Barometer

Posted by Ilmu Konstruksi on Wednesday, 16 January 2013



Ada beberapa metode pengukuran yang dapat dilakukan, namun disini kita akan bahas dua metode, yaitu:
  • metode pengukuran tunggal (single observation)
  • metode pengukuran simultan (simultaneous observation)

1. Pengukuran tunggal

Misalkan titik - titik A, B, C, D akan ditentukan beda - beda tingginya. Alat ukur yang digunakan satu alat barometer dan satu alat thermometer.









Misal titik A telah diketahui tingginya.
  • Pertama sekali catat tekanan dan temperatur udara di A.
  • Kemudian kita berjalan menuju titik B, C, D dan kemudian kembali ke C, B, dan A. Pada titik-titik yang dilalui tadi (B, C, D, C, B, A) kita catat pula tekanan dan temperatur udaranya.
  • Dengan pencatatan besaranbesaran tekanan dan temperatur di setiap titik, dengan rumus 8 dapat dihitung beda-beda tingginya.
  • Dan dari ketinggian A dapat dihitung ketinggian B, C, dan D
Dalam keadaan atmosfir yang sama idealnya pencatatan di setiap titik dilakukan, namun pada pengukuran tunggal hal ini tidak mungkin dilakukan. Sehingga pencatatan mengandung kesalahan akibat perubahan kondisi atmosfir.

2. Pengukuran simultan

Pada metode simultan, pencatatan tekanan dan temperatur udara di dua titik yang ditentukan beda tingginya dilakukan pada saat  bersamaan.Maksudnya untuk mengeliminir kesalahan karena perubahan kondisi atmosfir. Alat barometer dan thermometer yang digunakan adalah dua buah. Barometer dan thermometer pertama ditempatkan di titik yang diketahui tingginya sedangkan yang lain dibawa ke titik - titik yang akan diukur.
Prosedur pengukuran:
  • Buat jadwal waktu penacatatan. Misalkan t0, t1, t2, t3, t4, t5, t6.
  • Alat - alat pertama (I) ditempatkan di A, dan alat-alat kedua (II) berjalan dari A-B-C-D-C-B-A.
  1. Pada pukul t0, catat tekanan dan temperatur di A (I) dan A (II)
  2. Pada pukul t1, catat tekanan dan temperatur di A (I) dan B (II)
  3. Pada pukul t2, catat tekanan dan temperatur di A (I) dan C (II)
  4. Pada pukul t3, catat tekanan dan temperatur di A (I) dan D (II)
  5. Pada pukul t4, catat tekanan dan temperatur di A (I) dan D (II)
  6. Pada pukul t5, catat tekanan dan temperatur di A (I) dan C (II)
  7. Pada pukul t6, catat tekanan dan temperatur di A (I) dan B (II)
  8. Pada pukul t7, catat tekanan dan temperatur di A (I) dan A (II)












  • Dari pencatatan di A dan titik-titik lain dapat ditentukan beda tinggi terhadap A. Dengan demikian beda tinggi antara dua titik yang berdekatan dapat diketahui.


















Apabila dimisalkan untuk tinggi H = 0, tekanannya adalah p = 739 mmHg  maka rumus umum untuk menghitung tinggi adalah:
Hi = (18402.6) (1 + 0.003663 t) log ( i p 739 )
                                                          pi
Rumus berikut ini, akan memberikan hasil h yang lebih baik, karena harga g yang digunakan disesuaikan dengan ketinggian dan lintang tempat pengamatan. Sedangkan pada rumus 8 harga g yang digunakan adalah harga g pada ketinggian nol dan lintang 450








Dimana:
2H = H1+H2 (harga pendekatan)
R = jari-jari bumi (􀁼 6370 km)
􀁍 = lintang tempat pengamatan rata-rata = ½ (􀁍1 +􀁍2 )
􀁅 = 2.64399 x 10-3


1 comments:

  1. menarik juga klu pembahasan tentang Ilmu Ukur tanah...

    ReplyDelete

Marilah berkomentar dengan etika dan kesopanan | kritik dan saran anda sangat bermanfaat untuk saya